Email : info@unitest.co.id

Hubungi : +62811 256 855

Asap Kudus dari Kapel Sistina, Dibalik Simbol Suci Ada Jejak Emisi?

Dalam setiap konklaf, para kardinal di Vatikan berkumpul untuk memilih Paus baru sebuah momen sakral yang telah berlangsung selama berabad-abad. Tradisi ini ditandai dengan munculnya asap dari cerobong Kapel Sistina: asap hitam (fumata nera) menandakan Paus baru belum terpilih, sementara asap putih (fumata bianca) menandakan bahwa Paus baru telah terpilih.

Di era keberlanjutan, tradisi ini justru memberi pelajaran penting: bahwa nilai simbolik dan pelestarian budaya bisa berjalan seiring dengan semangat menjaga bumi. Tradisi yang jarang terjadi ini menjadi bukti bahwa upacara yang kaya akan makna budaya tidak selalu harus mengorbankan lingkungan. Bahkan, yang jarang terjadi sering kali justru paling berharga untuk dijaga.

Meskipun proses ini masih melibatkan emisi dari bahan kimia seperti potasium klorat atau sulfur untuk menciptakan asap hitam dan putih, perlu diingat bahwa konklaf bukanlah acara rutin. Bisa bertahun-tahun sekali, bahkan puluhan tahun baru diadakan kembali. Oleh karena itu, dampaknya terhadap lingkungan sangatlah kecil jika dibandingkan dengan besarnya makna budayanya.

Dulu, warna asap dihasilkan dari pembakaran jerami basah dan kering. Namun, metode ini kerap kali menghasilkan warna yang tidak jelas dan membingungkan, selain juga memicu emisi yang lebih tinggi. Kini, teknologi digunakan untuk menciptakan warna asap yang lebih akurat dan terkendali. Bahan kimia dikemas dalam cartridge dan dinyalakan secara elektronik, sehingga lebih efisien dan relatif ramah lingkungan.

Melalui inovasi ini, Gereja Katolik berhasil mempertahankan tradisi sakral dengan tetap memperhatikan keberlanjutan. Sebuah pengingat bahwa budaya dan lingkungan tidak harus dipertentangkan—keduanya bisa saling mendukung demi masa depan yang lebih bermakna.